Menemukan Kesempurnaan dalam Ketidaksempurnaan - Bagian I

08.05

Tahun 2018, jiwa travelingku masih berapi-api. Wishlistku di tahun itu adalah menggapai puncak Rinjani. Dan komunitasku (Backpacker Jakarta) turut mengamini.

September 2018, BPJ (Backpacker Jakarta) mengadakan pendakian ke Gunung Rinjani. Aku dan beberapa kawan sontak langsung mendaftarkan diri sebagai peserta. Tak lama setelahnya seseorang menyapaku melalui pesan WhatsApp. Karena aku lihat kami mutual dalam grup Rinjani, jadilah kuladeni. Waktu berjalan, kamipun akhirnya memberanikan diri untuk bertemu. Tak ada yang special, dia menjemputku di Halte Busway Bundaran Senayan, lalu kita makan Bakso Samrat. Hari itu, pembahasan kita tetap tentang Rinjani, si gunung cantik di bumi pertiwi.

Tak lama setelahnya, kami mendapat kabar duka bahwa Lombok diguncang gempa. Pendakianpun dibatalkan. Karena itu pula, aku sudah tidak ada keinginan untuk meladeni pria ini. Sekitar 6bulan ku muncul-mengilang. Kadang aku membalas chatnya 1minggu 1x. Tapi kok sepertinya dia gigih sekali... Hmmm Mulai dari menjemput di tempat kerjaku padahal tak kuberi tahu aku kerja dimana, sampai kerap bertemu di tempat aku mengikuti kajian.

Sekitar bulan Oktober 2018, intensitas pertemuan kami semakin sering. Pembicaraanpun mulai ngalor ngidul. Dari situ, aku sudah bisa membaca arah pria ini. Langsung kubalas sinyalnya dengan menyalakan lampu orange, dan dia menyanggupi.

Demikianlah yg diatur Sang Maha Kuasa. Sekeras apapun kita menolak, sealalu Dia beri celah untuk menerima. Akhirnya, akupun memulai perjalanan ini, denganya.

Salah satu kegigihanya adalah lewat moment ini;

Ini adalah pertama kali kita foto berdua. November 2018, waktu itu aku mau trip ke Nusa Penida dan dia antar aku ke bandara jam setengah 5 subuh, jam setengah 7 dia lanjut kerja. Terus 5hari kemudian dia jemput aku lagi. Stand by dari jam 7 malam, eh pesawatku delay dan baru sampai Jkt jam setengah 1 malem. Dia masih nunggu di parkiran :"")))


Bersambung ke bagian II ya!

Hadiah Ulang Tahun untuk Bapak

21.23

Ini adalah postingan pertama yg tidak akan bercerita tentang perjalanan travelingku. Namun, ini tetap cerita perjalanan. Yakni cerita tentang perjalanan Bapaku selama membesarkanku. Dan aku menulisnya sebagai persembahan di hari ulang tahun bapak.

Sebagai bungsu perempuan, aku kerap mendapat perlakuan istimewa di keluargaku. Baik itu dari Ibu, Bapak, maupun kk ku. Ya, kami hanya tinggal berempat di sebuah kontrakan kecil di Cirebon. Ketika umurku beranjak 3tahun, kami mulai pindah ke rumah sederhana nan asri.

Saat itu aku merasa hidupku sangaaatttt bahagia. Ibu kerap membuatkanku baju kembar dgn kk ku. Merayakan ulangtahun bersamaan dgn kk ku juga sering kami lakukan. Hampir setiap awal bulan, bapak mengajak kami pergi makan ke Mcd atau Kfc. Kamipun banyak mengumpulkan mainan darisana. Pergi jalan-jalan dari kantor bapak setiap tahun nya sudah menjadi agenda wajib kami. Hingga kk ku wisuda dari TPA, aku gak mau kalah. Aku juga harus ikut wisuda. Alhasil, bapak memohon pada kepala yayasan agar aku bisa mengukuti wisuda bersama kk ku.

Menginjak sekolah dasar, bapak mendaftarkan kami di majlis quran dan berbagai macam kursus. Saat itu bapak mulai galak. Kalau kami tidak mau belajar/bolos les/bolos ngaji, bapak langsung mengurangi uang jajan kami keesokan harinya. Begitu seterusnya hingga kami SMP. Demikian bapak mengajarkan kami perihal sebab dan akibat.

Di SMP, aku dan kk ku sudah mulai baligh. Oya, aku sempat ingin didaftarkan di salah satu pesantren di Kuningan, Jawa Barat. Namun aku menolak. Bapak agak kecewa sih... Tapi alasan bapak, "ade udah baligh, udh punya hak milih buat masa depan ade sendiri." 

Sejak saat itu pula bapak dan ibu mulai melepas kami perlahan, seperti tidak lagi dimarahi karna bolong sholat dan puasa. Namun tetap diingatkan. Dari kls 1 sampai 3 SMP, tiap pagi bapak selalu mengantarku sampai dpn gerbang sekolah. Aku pergi les kemana pun, pulangnya pasti dijemput bapak. Kata bapak, "kalau bapak gabisa jemput naik angkot ya. Jgn ikut nebeng orang lain." Begitulah bapak mendidiku untuk tidak bergantung pada orang lain.

Masuk masa SMA bapak mulai memberikan kami telepon genggam. Kamipun diberi kesempatan mengikuti berbagai kegiatan sekolah hingga sore hari. Saat itu bapak mulai mengajarkan kami apa artinya tanggung jawab.



Tahun 2011, aku diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah di Bandung. Aku turut merasakan beratnya ibu dan bapak melepasku. Namun mereka pesan, "ade sudah beranjak dewasa. ade harus jadi perempuan hebat, solehah, dan lembut hati." Saat itulah aku mulai berkenalan dengan dunia. Menapaki setiap sudutnya, mengenal kejahatan dan kebenaran dari tiap-tiap orang yg ku temui.

Mulai tahun itu, ibu dan bapak bekerja lebih keras lagi demi menyekolahkan aku dan kk ku di perguruan tinggi negeri. Bapak mulai menjalankan hobinya dgn ternak ikan. 3 tahun bapak geluti usaha tsb hingga aku bisa lulus kuliah di tahun 2014.

Masih sangat jelas diingatanku 1 minggu sebelum aku wisuda, bapak mengirimku sebuah pesan singkat, "De, bapa udah sewa jas buat ke wisuda ade minggu depan.". Di hari H, bapak menepati ucapan nya. Beliau menghadiri wisudaku. Sangat tampan dan gagah dengan balutan jas hitam di tubuhnya.



Waktu berlalu hingga di tahun 2015 kami merasa berada di titik terendah di kehidupan kami. Perusahaan tempat bapak bekerja mengalami pailit, sehingga sebagian besar karyawan nya harus dirumahkan. Demikian juga dengan bapak. Tak mudah menjalani hari-hari tsb, bapa dan ibu sering sakit. Aku dan kk ku belum juga mendapat pekerjaan. Tapi bapak tidak patah semangat. Di tengah sakitnya, bapak kembali menjalankan usaha ternak jangkrik. Untungnya memang tak banyak, tapi disitu aku melihat bahwa bapak tetap ingin bisa bertanggung jawab akan keluarga apapun kondisinya.

Tahun ini, 8 tahun sudah aku berkelana agar menjadi wanita yg orangtuaku dambakan. Dan hari ini, tepat 55tahun usia bapak. Banyak sekali nilai-nilai yg bapak tanamkan di hidupku hingga aku menjadi seperti hari ini. Jika orang menilai aku perempuan tangguh, maka itu pun yg akan mereka lihat pada diri bapak. Jika orang menilai aku perempuan sabar, itu pula yg akan mereka lihat di diri bapak.

2 tahun terakhir ini, hidup bapak kembali berwarna dengan kehadiran seorang cucu dari kk ku. Tergambar dari foto dibawah ini bukan?



Bapak juga acap kali menyempatkan berquality time dengan ibu, seperti pergi terapi kaki, makan bakso balungan, dsb.



Tahun lalu aku berkeinginan untuk menghadiahkan seorang lelaki yg kelak bisa menjadi sosok pengganti bapak di hidupku. Namun nampaknya belum untuk tahun ini. Bapak hanya ingin aku mendapat lelaki yg menjaga sholat dan amarahnya. Aku paham betul kenapa bapak berpesan demikian. Karena itu pula yg selama ini ibu bilang padaku, "lelaki yg bisa menjaga sholat dan amarahnya pasti punya iman. pasti tau cara memperlakukan wanita dengan baik." Semoga kelak, lelaki yg bapak dambakan itu akan menjadi kado terindah untuknya. Aamiin


Backpacker

Mau ke Nusa Penida Low Budget? Baca Tipsnya disini !

06.08


Nusa Penida tengah menjadi primadona di kalangan traveller. Pantai-pantainya terbilang masih sangat perawan. Akses untuk kesana pun masih terbatas. Belum banyak Tour Organizer yang membuka jasa Open Trip ke Pulau ini. Maka itu beberapa orang berpendapat bahwa untuk bisa liburan ke Nusa Penida butuh biaya yang tidak sedikit. Nah buat kalian yang mau liburan kesini, aku bakal share itinerary lengkapnya + biaya termurah. Penasaran? Simak ulasan berikut ya!

1. Destinasi


Klingking Beach (Photo Credit @_raahmaaa)

Nusa Penida terdiri dari Penida Barat dan Timur. Destinasi di Nuda Penida bagian barat adalah Pohon Cinta, Angle Billabong, Broken Beach, Klingking Beach, dan Cristal Bay. Sedangkan di bagian Timur ada Pantai Atuh, Rumah Pohon, dan Bukit Teletubbies.


Atuh Beach (Photo Credit @_raahmaaa)



Pertama kali liat Pantai Atuh sekilas kaya lagi di Raja Ampat! Hahaha tebing-tebing di tengah pantainya bagus bgttttt. Tapi untuk bisa sampai ke bibir pantai, kita harus menuruni anak tangga yang lumayan curam nih, guys.



Pantai Atuh (photo credit @_raahmaaa)



Pantai Atuh dan Rumah Pohon sebenernya ada di 1 lingkungan, yang membedakan hanya Rumah Pohon di sisi barat, dan Pantai Atuh di timur. Jadi kalau mau foto di Rumah Pohon ya background viewnya Pantai Atuh. Pun sebaliknya.


Rumah Pohon (Photo Credit @_raahmaaa)


Untuk bisa sampai ke Rumah Pohon kalian harus menuruni tebing dengan ratusan anak tangga. Jadi sebelum kesini sebaiknya makan dulu ya! Tapi sepanjang perjalanan menuruni anak tangga tersebut banyak spot foto yang instagrammable kok, guys. Hehhehe.

Pantai Atuh (Photo Credit @_raahmaaa)

Buat kalian yang suka snorkling, aku saranin buat melakukan nya di Klingking Beach karena disini bawah lautnya katanya sih yang terindah se-Nuspen. Dan kalau cuma mau berenang cantik bisa di Angle Billabong. Karena jika beruntung kalian akan berenang bareng Manta!

Saran aja nih, kalian akan menghabiskan lebih banyak waktu di Klingking Beach. Kenapa? Karena spot foto dengan background punuk dinosaurus ini antrinyaaaa subhanallah bgt! Selain itu buat kalian yang mau snorkling, harus turun ke bibir pantainya yang memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk menaklukan seluruh anak tangga yang ada di Klingking Beach ini. Kebayangkan gempornya kayak gimana? T_T

Klingking Beach (Photo Credit @_raahmaaa)

Nah kebanyakan TO (Tour Organizer) membuka jasa wisata One Day Trip Nusa Penida ke bagian barat, karena untuk ke Penida Timur jaraknya sangat jauh. Membutuhkan waktu sekitar 1.5jam dari pelabuhan. Karena aku tipikal orang yang kalo lagi travelling mikirnya, “Mumpung kesini. Kapan lagi? Perlu ngabisin uang berapa banyak lagi? Perlu cuti berapa hari lagi?” Jadilah aku dan 5 orang temanku memilih untuk explore Nusa Pendia selama 2 hari 1 malam. Biar apa? Pastinya biar gak rugi! Hahahha ngga juga ding! Ini biar kita dapet semua destinasi yang ada disana. 2 hari itu sudah sangat efisien kok.

Pohon Cinta (Photo Credit @_raahmaaa)

2. Transportasi

Untuk bisa sampai di Nusa Penida, kalian harus naik speedboat dari Pelabuhan Sanur. Biayanya Rp75.000,- – Rp100.000,- (one way) tergantung jenis kapal dan calo yang deketin kalian nanti hahahha!! One way itu waktu tempuhnya kurang lebih 45 menit. Untuk jadwalnya bisa dilihat disini.



Fast Boat Angle Billabong (Photo Credit thenusapenida.com)


Kalau ada yang takut mabuk laut, pengalamanku yang notabene kemarin adalah kali pertamaku naik speedboat sih aman-aman aja. Malah sangat-sangat excited. Sepanjang perjalanan aku merhatiin laut dan seru banget pas kapalnya nabrak ombak! Hahaha 



Aku kemarin karna udah paketan include tiket PP Sanur-Penida. Jadi pas sampe Sanur langsung sebut nama speedboatnya, nggak pake antri kayak orang-orang hehe. Oya, setelah tahu jadwal kapal yang akan kalian naiki, kalian sudah harus sampai di pelabuhan minimal 30 menit sebelum keberangkatan ya, guys! karena 1 speedboat itu kapasitasnya hanya sekitar 80-100 orang.

3. Penginapan

Sebetulnya belum banyak penginapan di Nusa Penida. Jumlahnya masih dibawah 50. Lain halnya dengan di Bali dan Lombok.



Fyi, cuaca di Nusa Penida panas pooollll. Bisa 32-37C. Jadi aku saranin cari penginepan yang masih berbau-bau nature. Kalian bisa pilih Gepah Garden. Lokasinya memang agak jauh dari pelabuhan, sekitar 20 menit tapi disana teduh banget.



Kalau aku kemarin nginep di Losmen Tenang. Jaraknya hanya 5 menit dari Dermaga Nyuh. Tinggal ngeludah langsung sampe hehe. Fasilitas di Losmen Tenang ada 2 kasur single bed atau 1 kasur queen bed, AC, serta kamar mandi dalam. Pemilik losmen juga sudah menyiapkan handuk serta selimut untuk semua pengunjungnya tanpa ada biaya tambahan.


Losmen Tenang (Photo Credit mapcarta.com)


Yang aku suka dari Losmen Tenang ini, walaupun di pinggir pantai tapi airnya ngga bau amis, dan tetap segar. Selain itu, di sekitar losmen ini banyak terdapat warung. Jadi kapanpun kita lapar tinggal pilih mau makan apa. Harganya juga sangat terjangkau untuk ukuran backpacker. Nasi Kuning atau Nasi Campur dihargai Rp10.000, Nasi Goreng Rp25.000, Jus Rp15.000, Es Teh Manis Rp5.000.

4. Itinerary

Nah ini dia itinerary aku selama 2hari di Nusa Penida.



Broken Beach (Photo Credit @_raahmaaa)


Day 1

14.00 Menyebrang dari Pelabuhan Sanur ke Dermaga Nyuh, Nusa Penida dengan Kapal Angle Billabong

15.00 Sampai di Losmen Tenang. Ishoma

15.30 Tour menuju Penida Timur
16.45 Sampai di Objek Wisata Pantai Atuh (Rumah Pohon dan Pantai Atuh)
18.00 Menuju Bukit Teletubbies
19.45 Sampai di Losmen Tenang

Day 2
07.00 Tour menuju Penida Barat
08.00 Sampai objek wisata pertama. Explore Pohon Cinta, Angle Billabong, Broken Beach
09.45 Explore Klingking Beach
11.30 Explore Cristal Bay
13.30 Kembali ke homestay
14.00 Ishoma
15.00 Kembali menyebrang dari Dermaga Nyuh ke Pelabuhan Sanur dengan Kapal Meruti Express

Total biaya yang kami habiskan selama 2hari disana adalah Rp2.800.000 / 6 orang. Jadi perorang kurang lebih Rp460.000,- include : tiket speedboat PP, penginapan 1 kamar 3 orang, tour selama 2 hari (driver, mobil, bensin, parkir, tips), HTM all detinasi.

Tertarik untuk explore Nusa Penida? Bisa hubungi aku (by email) untuk info lebih lanjut ya!

Photo Credir @_raahmaaa


Movie Review

Moview Review: POSESIF - From the Motion Sickness to the Emotional Tales

20.35

Siapa yang setuju kalau cinta semasa remaja itu bagaikan popcorn? Banyak letupannya, banyak kejutannya. Termasuk isu romantic-suspanse. Yap! Kekerasan dalam hubungan di kalangan remaja sepertinya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Namun hal tersebut sering kali luput dari pembahasan. Nah, baru-baru ini ada sebuah film Indonesia yang mengangkat sisi kelam hubungan remaja nih, guys.


Adalah Posesif. Film bergenre Romance ini dibintangi oleh Adipati Dolken (Yudis), Putri Marino (Lala), Grithe Agata (Ega), dan Chicco Kurniawan (Rino). Selain tema ceritanya yang berbeda dari kebanyakan film remaja Indonesia lain, film ini langsung menyabet 10 nominasi
dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 2017 di awal pekan peluncuran nya tanggal 26 Oktober lalu.

Sinopsis
Lala, seorang atlet lompat indah hanya tinggal berdua bersama ayahnya yang merangkap sebagai pelatihnya. Ibunya yang sudah lama meninggal juga seorang atlet, dan tak lain menjadi role model di karir Lala. Ayah Lala terus memforsir anaknya untuk latihan keras demi ajang PON. Kemenangan Lala di pesta olahraga tahunan tersebut sebetulnya hanyalah obsesi ayahnya semata. Lala pun tak dapat berbuat banyak, sampai
akhirnya Ia bertemu dengan Yudis. Seorang siswa baru di sekolahnya.


Yudis yang pada awalnya bersikap manis membuat Lala menemukan kebebasan. Mereka pergi ke tempat-tempat yang belum pernah Lala kunjungi sebelumnya. Mereka melakukan hal-hal yang belum pernah Lala
lakukan di hidupnya. Lala yang polos begitu mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-temannya. Pergaulan nya yang baru membuat Lala sering terlambat datang latihan, lompatan nya pun tak seindah dulu. Higga akhirnya sang pelatih memilih kandidat lain di ajang PON. Lala pun mengundurkan diri dari tim.

Keputusan Lala ini justru membuat kehidupan nya semakin tidak terkontrol. Ditambah sikap Yudis yang lambat laun jadi menjijikan. Sifat posesif Yudis semakin berlebihan. Yudis banyak memaksakan
kehendaknya pada Lala. Mulai dari melarang Lala bermain dengan sahabat-sahabatnya, tidak suka Lala diantar orang lain, hingga memaksakan kontak fisik yang membuat Lala tidak nyaman. Tak jarang pula Lala yang notabene adalah kekasihnya menerima jambakan dan pukulan dari sifat emosionalnya Yudis.




Suatu hari, Lala pergi ke rumah Yudis. Secara tidak sengaja, Lala melihat sendiri bagaimana sikap Yudis di rumahnya. Bagaimana ibunya memperlakukan anaknya. Di depan sang ibu, Yudis hanyalah seorang anak yang tak berdaya, yang tak berani membantah setiap perkataan ibunya. Ibunya pun tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun sehingga akan
melakukan segala cara agar Yudis menuruti perintahnya, sama seperti Yudis yang selalu berhasil memaksakan keinginannya pada Lala, bagaimana pun caranya.

Penokohan


Adipati Dolken yang biasa kita kenal dengan karakternya yang manis dan lovable tiba-tiba menjelma menjadi seorang yang “sakit”. Ia memerankan sosok Yudis dengan amat luwes. Aku paham betul bagaimana sulitnya menjadi Yudis yang dianggap sebagai “penjahat” namun dalam dirinya ada jiwa yang terkekang sehingga melampiaskan ke lingkungan sekitarnya. Adapula Putri Milano sebagai Lala. Diawal kemunculan nya Ia sudah begitu menarik perhatian penonton. Ia membawakan karakter Lala dengan sangat sempurna. Cantik, pintar, supel, begitulah Lala. Namun ditengah-tengah, sosok polos dan penurut itu menjelma menjadi gadis "liar" dengan segala kebebasan di otaknya.

2 orang sahabat Lala, Ega dan Rino yang dimainkan oleh Grithe Agata dan Chicco Kurniawan turut melengkapi persahabatan para remaja ini.


Ditambah bumbu pelengkap dari Yayu A.W. Unru sebagai Ayah Lala dan Cut Mini sebagai Mama Yudis. Akting mereka benar-benar membuatku bergidik.
Terlebih Cut Mini, saat sedang “menghabisi” Yudis di kamar. Dan juga Ayah Lala ketika melihat anaknya hancur. Sungguh orang tua mana yang tega melihat anaknya tersakiti? Tak satu pun di dunia ini jawaban nya. Tapi ada satu hal yang agak aku sayangkan. Memang sudah banyak Lala di lingkungan remaja di Indonesia.
Namun ide cerita dari sang sutradara tentang sikap Lala ini sepertinya bukan budaya kita. Membangkan orang tua dan terjun ke pergaulan bebas bukanlah sesuatu yang layak dijadikan contoh bagi generasi muda kita. Sifat Lala yang sudah sangat lovable di awal film dikhawatirkan membawa dampak negatif bagi penonton ketika dia menjelma menjadi sosok Lala yang 180⁰ bertolak belakang di tengah sampai akhir cerita.

Penyutradaraan
Scene demi scene di film ini lebih merujuk ke thiller daripada romance. Sikap keras dan kasar seorang Yudis digambarkan begitu ciamik dengan latar dan situasi yang menggemaskan (kalau menegangkan terlalu kaku ya kesan nya hehehhe). Ditambah kehadiran Cut Mini (Mama Yudis) yang seolah menjadi jawaban atas sikap Yudis selama ini.

Namun tetap masih ada sisi manis dari kehidupan percintaan antar karakternya. Surprise-surprise yang Yudis kasih ke Lala, sikap perhatian dari teman-teman nya, begitu lekat dengan kehidupan kita. Ya, begitulah cara Edwin menyutradarai film ini.

Soundtrack
Moksa dari Pagi Tadi membuka scene awal film ini. Diikuti oleh Dipha Barus ft. Kallula – No One Can Stop Us yang mengantarkan Lala dan Yudis lompat indah berdua dari ketinggian 10 meter. Ada juga Dan - nya
Sheila On 7 yang mereka nyanyikan di dalam mobil dengan sangat manis. Tapi satu yang membuat perasaanku meleleh adalah ketika lagu Sampai Jadi Debu dari Banda Neira diputar. Ketika itu scene dan musiknya benar-benar menguras emosi sampai-sampai aku menetihkan air mata. Overall, soundtrack film ini juara banget deh.



Benang merah yang bisa aku tarik dari film Posesif adalah, run for your life as soon as you can! Nobody, not even your friends or family can save you other than yourself.

Gunung

Gunung Lawu dan Savana nya yang bikin Gagal Move On

21.50


Sebenernya Gunung Lawu nggak masuk ke bucket list ku, dan ngga pernah kepikiran juga buat kesini. Beda sama Merapi atau Merbabu yang aku idam-idamin. Tapi karena ajakan dari para bidadari gunung kesayangan, akhirnya aku join ke Lawu tanggal 6-8 Oktober lalu.

Padang Savana Gunung Lawu


Seperti biasa, dari 1 bulan sebelumnya kita hunting tiket dan bagi-bagi perlengkapan serta logistik yang akan dibawa. Mendekati hari H, sempat ada pergantian beberapa ‘pemain’ karena kesibukan pekerjaan dan atau mood yang naik turun. Alhasil kita berangkat 9 orang dari Jakarta, dan 2 orang dari Solo.

Ganung Lawu itu berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Karanganyar. Jadi yang paling masuk akal dari Jakarta naik bus turun di Terminal Magetan, atau naik kereta turun di Stasiun Solo Jebres/Balapan. Tapi entah kenapa kita malah beli tiket PP ke/dari Stasiun Lempuyangan Jogja. Zzzz

Singkat cerita, malam itu kita pilih kereta keberangkatan Kamis malam jam 22.20. Jam 21.30 aku dan beberapa temanku sudah sampai di Stasiun Pasar Senen. Semua tiket sudah dicetak hari sebelumnya oleh Lapip, salah satu teman kami. Tapi sampai jam 22.00 dia belum juga datang. Kita semua sudah harap-harap cemas ketinggalan kereta. Jam 22.15 belum juga datang. Hp mereka (yang belum datang: Inggit, Lapip, dan Dania) tidak ada yang bisa dihubungi. Kami semakin pesimis. Sampai akhirnya beberapa detik berselang mereka terlihat berlarian dari ujung stasiun, dan kami semua pun bisa boarding tepat 3 menit sebelum kereta berangkat.

9 jam perjalanan tak terasa melelahkan sama sekali. Jadi rombongan penumpang yang paling berisik deh yang pada main Ludo lah, berebut makanan lah, headset, tempat duduk, sampai colokan hp. Memorable banget sih :’)

Setelah sampai Jogja kita langsung beli tiket kereta Prambanan Express atau yang biasa disingkat Pramex dengan harga Rp8000,- aja loohh... Kereta Pramex ini modelnya kaya KRL di Jabodetabek. Bedanya penumpangnya ngga pada berebut tempat duduk kaya di Jakarta. Hahahha.

Ternyata 2 orang teman kami belum kelihatan ketika rombongan kita sudah sampai Solo. Jadi, kita putuskan untuk isi perut dulu pakai menu khas daerah situ dong pastinya. Ngga lama setelah makan nasi liwet Solo, 2 orang teman kami pun datang dan kita memulai perjalanan ke basecamp Gunung Lawu via Candi Cetho.

Tim Pendakian Gunung Lawu 6-8 Oktober


Tepat jam 2 siang kita mulai pendakian. Gunung Lawu ini mempunyai 3 jalur. Pertama via Candi Cetho, Cemoro Sewu, dan Cemoro Kandang. Kali itu kami memilih lintas jalur; berangkat via Candi Cetho, turun via Cemoro Sewu. Memang lebih banyak memakan waktu, tapi kita cari view yang paling keren. Walaupun lama asalkan bersama-sama, lelah jadi ngga terasa. Eeeaaaa :D

Uniknya, dari mulai basecamp sampai pos 1 kita diikutin sama Shiro. Anjing pemilik basecamp Candi Cetho. Setelah dibujuk sama beberapa pendaki yang hendak turun, akhirnya Shiro mau turun. Kasian juga si Shiro dan pemiliknya kalau ngikutin kita sampe puncak turun nya di Cemoro Sewu.
Sekitar jam 5 sore kita sampai di Pos 3 dan menghentikan pendakian. Kita mutusin buat ngecamp disana. Biasanya, tugas cowo-cowo itu diriin tenda, flysheet, dll. Cewe-cewenya yang bikin dapur dan masak-masak. Tapi khusus kali ini cewe-cewe jadi ratu banget. Kita bertiga (Aku, Inggit, dan Meti) dari mulai tenda udah jadi, kita masuk buat ganti baju, bersih-bersih badan, eh keluar-keluar makanan udah pada siap makan. Cowo-cowonya ter uunnhhh banget deh hehehe

Pos 3 Jalur Cemoro Sewu


Ini sih yang selalu kangen naik gunung. Quality time! Bercanda-canda semalam suntuk, api unggunan, kadang makan masakan gagal, main uno, main truth or dare, eh tau-tau udah jam 3 pagi aja. Ah... suasana di gunung itu selalu menyenangkan!

Besok paginya kita melanjutkan perjalanan. Dari Pos 3 ke Pos 4 itu treknya lumayan pedes. Bikin nyesss dengkul. Tapi setelah itu kita ketemu savana yang indaaaaahhhh bangeeeetttt. Hari itu cuaca juga sangat bersahabat. Mataharinya gak malu-malu, Langitnya biru bersih, angin sepoy-sepoy, ah pokonya dari pos 4 sampe pos 5 kita banyak berhenti untuk sekedar foto, masak indomie, lari-larian, sampe tidur di track. Hahaha

Track Menuju Bulak Peperangan


Padang Savana Gunung Lawu yang akan selalu Dirindu

Pos 5 ini adalah pos yang paling bikin nyaman


Masih di Pos 5


Kata salah satu temanku, Lawu ini disebut-sebut sebagai miniaturnya Argopuro. Trek savana, Gupakan Menjangan, sampe Bulak Peperangan bener-bener bikin gagal move on. Kalau beruntung, di Gupakan Menjangan ini kamu bakal nemuin mata air. Tapi kemarin pas aku kesana debit airnya lagi sedikit.

Lanjut jalan terus sampai akhirnya tepat jam 5 sore sampailah kita di Pos Terakhir yakni Warung Mbok Yem yang katanya warung ini adalah warung tertinggi se-Asia. Hal pertama yg kita lakuin adalah makan pecel! Sumpah ini enak banget sih. Makan pecel + teh hangat di depan tungku api itu rasanya.... aaahhhhh pokonya inisih yang bakal paling dikangenin di Lawu :’)

Selfie di depan Warung Legendaris Mbok Yem


Nah dari Warung Mbok Yem ke puncak itu cuma sekitar 20 menit. Akhirnya dengan segala pertimbangan kita summit jam 17.30 sore. Gilasih itu pertama kalinya aku summit sore. Segala perlengkapan mulai dari jaket, buff, headlamp, senter, air minum, sudah kami persiapkan. Sebenernya aku agak pesimis bakal nyampe puncak. Takut keburu gelap malah ga dapet apa-apa. Tapi lagi-lagi Tuhan Maha Asik! Kita nyampe puncak tepat jam 6 sore dengan view yang super bikin merinding. Gradasi warna langit biru, ungu, dan orange, tanpa ada editan sedikitpun.

Sunset di Puncak Gunung Lawu


Malamnya kita bermalam di Warung Mbok Yem. Dan besok paginya kita turun via Cemoro Sewu. Nah, trek ini 90% batu. Bikin dengkul sama jempol kaki nyes banget. Jam 10.30 kita sampai di basecamp Cemoro Sewu. Pendakianpun selesai. Alhamdulillah...

Gunung Lawu jadi satu-satunya gunung yang ngga pernah ada di bucklist ku tapi malah bikin nagih banget. Terima kasih Lawu. Terima kasih teman-teman. Terima kasih Tuhan.




Piknik itu penting, biar hidup Lo gak garing! (y)

Popular Posts

Like us on Facebook